Blogroll

Sejarah

Asal usul nama Tlomar Menurut cerita dari para sesepuh Desa

Cocok Tanam

cocok tanam para petani Desa

Rabu, 21 Mei 2014

Mulai Bulan ini, Pengurusan Dokumen Kependudukkan Gratis


Kabid Administrasi Kependudukan H. Djayus Suyuti-foto: Nizam/MC.com
Kabid Administrasi Kependudukan H. Djayus Suyuti-foto: Nizam/MC.com
Dispenduk bakal drop blangko ke desa-desa I Oleh : Nizamuddin
Maduracorner.com-Bangkalan-Menjelang diberlakukannya Pelayanan Pengurusan dokumen Kependudukan secara gratis oleh Pemerintah mulai bulan April 2014 mendatang, Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) Kabupaten Bangkalan Jawa Timur, menyedaikan blanko dan form yang berkaitan dengan pengurusan dokumen kependudukan keseluruh Desa di Kabupaten Bangkalan.
Hal ini merupakan penerapan dari UUD NO 24 tahun 2013 tentang admintrasi kependudukan, yang akan menggratiskan pengurusan dokumen kependudukan pada setiap penduduk, mulai dari Pengurusan Kartu Susunan Keluarga (KSK), KTP, maupun Akte Kelahiran.
“Jadi untuk mempermudah dan memperlancar pelayanan terhadap masyarakat, kita sudah sediakan blanko disetiap desa, kan prosedur pengurusan dokumen kependudukan ini, dari Desa, Kecamatan dan Dinas Kependudukan, jadi nantinya pelayanan pengurusan dokumen kependudukan tidak dipungut biaya apapun,”. Jelas Kabid Administrasi Kependudukan. H. Djayus Suyuti
Dikatakan Djayus, intinya Program ini untuk melengkapi administrasi Kependudukan mulai dari tingkat Desa hingga tingkat Kabupaten.
“Maka dari itu blanko-blanko ini ada yang di drop ke Desa ada yang ke Kecamatan, dan ada yang di Dinas Kependudukan, yang tujuannya untuk memperlancar terhadap pelayanan publik,” pungkas Djayus.(nzm/shb).

BKAD Lelang Gedung Lama RSUD Syamrabu

Rumah Sakit Syamrabu-foto: Agus/MC.com
Rumah Sakit Syamrabu-foto: Agus/MC.com
Pemenangnya Kontraktor Bangkalan I oleh : Agus Budi
Maduracorner.com, Bangkalan – Badan Pengelola Keuangan Dan Aset Daerah (BKAD) Bangkalan, menggelar Lelang Terbuka Penghapusan Gedung RSUD Syamrabu, Selasa (20/5). “Penghapusan Aset Pemerintah itu karena RSUD Syamrabu akan dibangun secara bertahaap dari dana Pusat Investasi Pemerintah (PIP) sehingg gedung yang lama sebanyak 12 blog di hapus dengan penetapan Surat Keputusan (SK) Bupati”, terang Kepala BPKAD Ahmat Hafid, Selasa (20/5).
Lelang penghapusan gedung ini di laksanakan oleh Panitia Lelang Gedung Bangunan yang dihapuskan dengan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKN) Pamekasan dengan persyaratan yang telah ditetapkan panita.
Dijelaskan Hafid, pelaksanaan penghapusan (pembongkaran, red) RSUD Syamrabu dilakukan secara bertahap. “pembangunan RSUD Syamrabu itu sendiri akan dilakukan secara bertahap kerena memang masih dipakai untuk pelayanan masyarakat, jadi pembongkarannya dilakukan bertahap pula,” jelas Hafid
Dijelaskan Hafid, lelang penghapusan aset ini berbeda dengan lelang pembangunan fisik, “Lelang penghapusan gedung atau aset ini bisa di ikuti perorangan dg jaminan yang dipersyaratkan panitia. Dan bukan diambil penawaran terendah seperti lelang pembangunan fisik, tapi yang menang adalah penawar tertinggi,”tambahnya
Dari data yang di himpun maduracorner.com, ada 30 peserta dari berbagai daerah seperti Surabaya, Semarang dan Bangkalan yang mengikuti Lelang Terbuka Penghapusan Gedung RSUD Syamrabu. Dan pemenangnya H. Abd. Hadi dari Bangkalan dengan penawaran 290 juta. (

Lakukan Konvoi Kelulusan, Puluhan Motor Siswa Diamankan


Lakukan Konvoi Kelulusan, Puluhan motor siswa Diamankan-foto: Agus/MC.com
Sejumlah siswa tetap nekat Konvoi I oleh : Agus Budi
Maduracorner.com, Bangkalan – Sekitar 30 sepeda motor diamanakan di Mapolres Bangkalan.puluhan motor itu dimakan karena melakukan konvoi paska pengumuman lulusan SMA/MA sederajat. “Ada sekitar 30 lebih sepeda motor yang kita ditilang, karena melanggar aturan berlalu lintas,” kata Kasatlantas Bangkalan, AKP Yusis Budi, Selasa (20/5)
Dijelaskan dia, pihaknya mengamankan puluhan sepeda motor, milik siswa yang melakukan arak-arak di dalam kota Bangkalan. Para pelajar ini, rata-rata tidak memenuhi standar kelengkapan dan tidak disertai surat-surat kendaraan.
Padahal jauh sebelum Pengumuman kelulusan Ujian Nasional (UN) siswa Tingkat SMA/MA sederajat dilakukan, Dinas Pendidikan Kabupaten Bangkalan telah melarang agar siswa tidak merayakan kelulusan secara berlebihan dan menggelar konvoi di jalan raya dengan mengirimkan surat edaran ke masing-masing sekolah.
“Secara tegas kami melarang siswa menggelar konvoi kendaraan karena menggangu masyarakat umum,” kata Kepala Dinas Pendidikan Bangkalan, Moh Mohni
Dijelasakan Mohni, pihaknya telah menghimbau kepada pihak sekolah, untuk mengarahkan siswanya agar tidak melakukan konvoi, lebih baik melakukan hal-hal yang positif dan bermanfaat.
“Jauh-jauh hari, pada setiap rapat kita telah menghimbau kepala sekolah untuk mengarahkan siswanya pada kegiatan-kegiatan yang positif,” terangnya.
Selain itu, lanjut Mohni pihak kepolisian telah mengkondisikan untuk mencegah terjadinya konvoi, “pihak kepolisian sudah mengkondisikan pasukannya untuk bersiaga di titik-titik tertentu untuk mencegah konvoi,”pungkas Mohni. 

Selasa, 13 Mei 2014

Es Mentimun, Pelepas Dahaga Pengguna Suramadu


100210aes_timun
Beroperasinya Jembatan Suramadu membuat pengelola warung di Kabupaten Bangkalan berlomba menyajikan menu terbaik agar selalu dipenuhi pelanggan yang terus berdatangan. Di Warung Ole Olang di Jalan Raya Ketengan, Bangkalan, Madura, menyajikan minuman khas es mentimun.
Selain sebagai pelepas dahaga di saat istirahat siang, es mentimun bisa melancarkan pencernaan, menyembuhkan panas dalam, dan sariawan karena di dalamnya dicampur jeruk nipis. Penikmat makin ketagihan karena setiap satu gelasnya selalu disertai satu piring kacang dan kue serpang yang terbuat dari ketan putih.
Membuat es mentimun khas Warung Ole Olang Bangkalan sangat mudah. Mentimun yang sudah dibersihkan diiris menjadi dua bagian. Biji mentimun dibuang kemudian bagian dalamnya di keruk dengan sendok. Setelah diberi gula, perasan jeruk nipis dan es, menu siap disajikan. Agar terlihat lebih menarik dan menggugah selera, di atas gelas diberi irisan jeruk nipis dan buah cery.(JUM) –

Sumber : liputan6.com

KPUD Bangkalan Tetapkan Perolehan Kursi DPRD Bangkalan


pleno penetapan Caleg terpilih-foto: Agus /MC.com
pleno penetapan Caleg terpilih-foto: Agus /MC.com
Raih 10 Kursi, Partai Fuad Amin Kuasai DPRD Bangkalan I Oleh : Agus Budiesuai jadwal tahapan Pemilu Legeslatif, setelah menyelesaikan rekapitulasi perolehan suara Pileg tingkat Kabupaten, KPUD Kabupaten Bangkalan menggelar Rapat Pleno Terbuka Penetapan Perolehan Kursi Partai Politik dan Calon Terpilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Pemilu 2014,di aula PKPRI Bangkalan.
“Dari 12 Partai Politik peserta pemilu 2014 di Kabupaten Bangkalan untuk DPRD Bangkalan hanya Partai Bulan Bintang yang tidak memperoleh kursi, sedangkan 11 Partai Politik yang lain memperoleh kursi di DPRD Kabupaten Bangkalan”, terang Ketua KPUD Bangkalan, Fauzan Ja’far usai rapat pleno.Senin (12/5).
Dijelaskan Fauzan, setelah penetapan partai yang memperoleh kursi dan calon terpilih ini, KPUD Bangkalan akan mengirimkan pemberitahuan kepada Partai Politik peserta pemilu berikut masing-masing calon terpilih mulai tanggal 13 Mei hingga tanggal 18 Mei mendatang, juga berita acara model EB sebagai buki, bahwa KPUD Bangkalan telah melakukan penetapan perolehan kursi masing-masing partai dan calon terpilih yang akan disampaikan ke panwaslu, kepada KPU Propinsi dan KPU Pusat juga kepada DPRD Kabupaten Bangkalan sebagai pemberitahuan awal tentang komposisi kursi di DPRD kab. Bangkalan.
Berikut 11 partai politik yang mendapatkan kursi untuk DPRD Bangkalan : Nasdem 1 kursi, PKB 5 kursi, PKS 3 kursi, PDIP 7 kursi, GOLKAR 3 kursi, Gerindra 10 kursi, Demokrat 6 kursi, PAN 4 kursi, PPP 6 kursi, Hanura 4 kursi dan PKPI 1 kursi. 

Perkenalkan Bebek Jontor

Bebek Jontor
Melihat bentuknya, tampak begitu menggugah selera. Apalagi bagi Anda yang memang penyuka bebek. Bebek goreng yang disajikan utuh satu ekor ini diberi nama bebek jontor.
Nama ini diberikan pemilik warung Olle Olang di Bangkalan, Madura, Jawa Timur, diberikan karena rasa pedas bebek goreng ini luar biasa dan bisa membuat bibir Anda terasa jontor. Meski begitu menu ini tetap banyak dicari pelanggan.
Bagaimana membuat bebek jontor? Bebek yang sudah dibersihkan direndam dalam larutan bumbu, lalu direbus, hingga empuk. Lalu tiriskan dan digoreng hingga terlihat cokelat dan garing. Selanjutnya ditaburi bumbu pedas di atasnya. Agar lebih menarik, bebek jontor diberi irisan mentimun, tomat, dan kemangi.
Siapkan uang Rp 60 ribu untuk mendapatkan satu porsi bebek jontor, sudah termasuk satu periuk nasi putih yang hangat. Satu porsi bisa dinikmati empat sampai lima orang. (YUS) –

Sumber : liputan6.com

50 Anggota DPRD Bangkalan Terpilih Ditetapka

BANGKALAN

Ketua KPU Bangkalan, Fauzan Jakfar-foto: Ahmad/MC.com
Maduracorner.com,Bangkalan- KPUD Kabupaten telah melakukan penetapan perolehan kursi DPRD Bangkalan. Perolehan kursi ke 50 anggota yang ditetapkan dalam Rapat Pleno Terbuka itu, terdiri dari 11 partai politik peserta pemilu Legislatif (Pileg) partai Gerindra memperoleh 10 kursi, disusul PDI-Perjuangan 7 kursi, PPP 6 kursi, Demokrat 6 kursi, PKB 5 kursi, PAN 4 kursi, Hanura 4 kursi, PKS 3 kursi Nasdem 1 kursi dan PKPI 1 kursi.
Inilah naman-nama anggota DPRD Bankalan yang telah ditetapkan KPUD Bangkalan :
Dapi 1 (Bangkalan, Arosbaya Socah)
1. Drs H Moh Jamhuri. (PKB)
2. Jauhari SE. (PDI-P)
3. Rokib SE. (PDI-P)
4. RKH Fuad Amin. (Gerindra)
5. Abd Dofir. (Gerindra)
6. Moh Holifi Spd. (Gerindra)
7. Fadhur Rosi. (Demokrat)
8. HM Sudarmo. (PAN)
9. Mahmudi. (Hanura)
Dapil 2 (Geger,Klampis,Sepulu)
1. Bir Aly. (Nasdem)
2. Ach Hariyanto S.sos. (PKB)
3. Fatkurrahman. (PDI-P)
4. Suyitno SE. (PDI-P)
5. Mat Djuri. (Golkar)
6. Muhammad Sahri. (Gerindra)
7. Asis S.IP. (Demokrat)
8. Solihin SE. (PAN)
9. Drs Hosyan SH. (PPP)
Dapil 3 (Kokop,Konang,Tanjung Bumi)
1. Mujiburrahman, SH. (PKS)
2.M Husni Syakur. (PDI-P)
3.Efendi. (Gerindra)
4.Agus Kurniawan. (Demokrat)
5.Muhlas. (PAN)
6.Mas’udi S.Pdi. (PPP)
7.M Sahrum Dahriyadi. (Hanura)
8. Sofiullah Syarip. (PKPI)
Dapil 4 (Blega,Galis,Modung)
1. Drs HM Muhajir (PKB)
2. H Musawir SH. (PKS)
3. Agus Salim Pranoto SH (PDI-P)
4. Mathari (Golkar)
5. Kasmu SH. (Gerindra)
6. H Muslech. (Gerindra)
7. H.Abdurrahman SH. (Demokrat)
8. Nur Hasan SPdi. (PPP)
9. H Fathorrachman. (Hanura)
Dapil 5 (Burneh,Tanah Merah)
1.H Mohmmad Hidayat. (PKB)
2.Muhlis S.sos. (PKS)
3.KH Mukaffi SH M.SI. (Golkar)
4.Fathur Rosi,SE. (Gerindra)
5.Syamsul Arifin. (Gerindra)
6.H Husni. (Demokrat)
7.Abdullah. (PPP)
Dapil 6 (Kamal,Labang,Kwanyar,Tragah)
1.Hotib Marzuki SE. (PKB)
2.Mukaffi. (PDI-P)
3.Imron Royadi SE. (Gerindra)
4.Abdul Rohman S.Ag. (Demokrat)
5.Abd Rahman. (PAN)
6.R Latif Amin Imron. (PPP)
7.M Subhan Aziz. (PPP)
8.Holilih. (Hanura)

Rabu, 07 Mei 2014

Cegah Pencurian Motor, Pasar Ki Lemah Duwur Perketat Pengamanan

petugas pasar KLD tengah memeriksa STNK Motor Pengunjung-foto: Agus/MC.com
petugas pasar KLD tengah memeriksa STNK Motor Pengunjung-foto: Agus/MC.com
Bakal memasang CCTV I Oleh : Agus Budi
Maduracorner.com, Bangkalan – Maraknya kasus pencurian kendaraan bermotor di Kota Bangkalan membuat Kepala pasar Ki Lemah Duwur memperketat kemanan di sekitar pasar KLD.
kepala Pasar KLD Moh Busro, mengatakan, pihaknya saat iini memperketat keamanan diwilayah pasar karena beberapa waktu lalu ada percobaan pencurian dilokasi parkiran pasar KLD. Dengan menggunakan kunci T. Jika sudah berhasil membuka kontak motor dengan kunci T, lalu pencuri mengelabuhi petugas parkir dengan cara mengganti Plat Nomor kendaraan sesuai STNK yang ada,”Makanya kendaraan dengan Plat Nomor tempelan ini sangat meresahkan bagi kami selaku petugas pasar,” kata Busro
Untuk mengantisipasi itu, pihaknya mengaku dalam waktu dekat akan memasang Closed Circuit Television (CCTV) dilokasi pintu keluar-masuk pasar KLD.”Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak di inginkan dalam waktu dekat kami akan memasang CCTV,” tambahnya.
Sepeda motor yang menggunakan Plat Nomor tempelan akan mudah mengecoh petugas karena plat nomor tersebut mudah sekali diganti oleh pelaku pencurian.
”Kan tidak mungkin petugas memeriksa nomor mesin, meski menggunakan STNK, setelah dilihat plat nomor sudah sesuai dengan STNK ya sepada motor tersebut di perbolehkan keluar, itulah rawannya motor yang menggunakan plat nomor tempelan, Jadi solusinya harus ada CCTV, dan pengendara harus membuka helm saat masuk maupun keluar pasar” pungkasnya.
Upaya memperketat kemanan dilokasi pasar, juga diterjunkan seluruh patugas yang berjumlah 73 anggota termasuk satpol PP yang ditugaskan secara bergiliran.(gus/shb)

Minggu, 04 Mei 2014

Kramat : Makam Pangeran Asal Madura di Tanah Afrika

Masjid Kramat di Pulau Robben, Afrika Selatan

Sapekerap.Blogspot.com 07/12/2013 - Terdapat sebuah makam yang dikeramatkan di ujung Afrika, tepatnya berada di Pulau Robben, setengah jam perjalanan laut dari Cape Town. Di pulau inilah, dari total 27 tahun dibui, Nelson Mandela menghabiskan 18 tahun dalam tahanan.

Makam itu disebut oleh orang Afrika Selatan sebagai Kramat, sama dengan sebutan makam versi orang Indonesia. Tidak salah karena sosok yang dimakamkan di tempat tersebut adalah ulama besar asal Indonesia. Dia dikenal masyarakat setempat sebagai Sayed Abdurrahman Moturo, salah satu Pangeran dari Pulau Madura.

Moturo adalah salah satu imam pertama di Cape Town. Dia dibawa ke Cape Town sebagai tahanan politik VOC dengan kapal laut pada sekitar tahun 1740-an. Sayed Abdurrahman Moturo meninggal pada 1754 sementara Kramat di penjara Robben dibangun pada 1969.

Konon, di sekitar lokasi tidak hanya ada makam ulama dari Madura. Banyak juga tahanan politik VOC yang dimakamkan di Pulau Robben, kebanyakan dari Indonesia. Mereka juga disebut-sebut dengan tahanan politik pertama yang mendiami Pulau Robben, jauh sebelum pejuang apartheid seperti Mandela dijebloskan ke penjara pulau itu.

Pada saat itu, posisinya yang strategis sebagai jalur pelayaran menjadikan Cape Town pusat pertemuan budaya Afrika, Eropa dan Asia.

Kota ini dikembangkan oleh Jan van Riebeeck yang tinggal di Cape Town sejak 6 April 1652. Riebeeck adalah pejabat VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie), perusahaan multinasional pertama di dunia. Orang Jawa lebih mengenal sebagai kumpeni. VOC adalah kongsi dagang yang berkuasa di Nusantara sejak 1602 hingga dibubarkan tahun 1800. Untuk kemudian, kekuasaannya diteruskan pemerintahan kolonial Belanda hingga tahun 1942.

Dalam perjalanan dari Belanda menuju Nusantara, Riebeck mengarungi Samudera Atlantik, hingga melintas di Cape Town. Posisi yang strategis membuat Cape Town menjadi transit bagi armada-armada VOC yang hendak berlayar ke India, maupun Timur Jauh.

Kedatangan Riebeeck pada 6 April 1652 memunculkan permukiman orang-orang Eropa pertama di Cape Town. Pengaruh VOC pula yang membuat Cape Town, lekat dengan Nusantara.

Cape Town seringkali menjadi lokasi pembuangan bagi para musuh VOC. Salah satu yang melegenda adalah Syekh Yusuf, bangsawan Makassar yang mengenalkan Islam ke Afrika Selatan. Begitu dihormatinya Syekh Yusuf, hingga dia mendapat anugerah pahlawan nasional Afrika Selatan.

Pada perjalanan ke arah timur dari pusat kota Cape Town menuju Sommerset West, terdapat sebuah perempatan, yang jika berbelok ke kanan memasuki Desa Macassar. Di sini pulalah terletak makam Syekh Yusuf, sering disebut orang setempat sebagai Kramat. Kramat Syekh Yusuf ini menjadi salah satu lokasi ziarah paling penting di Afrika Selatan.

Syekh Yusuf dan pengikutnya inilah yang menurunkan generasi melayu Cape Town atau Cape Malay. Komunitasnya masih bisa ditemui di Bokaap, tak jauh dari Long Street, Jalan Jaksa-nya Cape Town. Di Bokaap ini berdiri salah satu masjid tertua di Afrika Selatan.

Para keturunan Syekh Yusuf, konon sudah mencapai keturunan kesembilan, banyak dijumpai di Cape Town. Dengan sambutan ramah, mereka akan senang jika bertemu wisatawan asal Indonesia. Mereka mengerti kata-kata seperti "apa kabar" atau "terima kasih." Dan, mereka akan dengan senang hati mengantar siapapun yang ingin berkunjung ke makam Syekh Yusuf. Termasuk yang ingin datang ke Pulau Robben berziarah ke Kramat Moturo.

BATIK MADURA

Batik Telaga Biru Bangkalan

Batik Madura telah ada sejak zaman kerajaan. Kain batik Madura mulai dikenal masyarakat luas pada sekitar abad ke-XVI. Tokoh penting yang memperkenalkan kain batik ke Madura adalah Adipati Sumenep, Arya Wiraraja, yang merupakan teman dekat Raden Wijaya, pendiri kerajaan Majapahit.

Motif batik Madura memiliki ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki oleh batik dari daerah lain. Ciri khas batik madura yang sangat mudah dikenali adalah adanya warna merah pada motif bunga, tangkai atau daun. Beberapa kalangan menilai, ada kesamaan motif kain batik Madura dengan batik Jogjakarta. Adanya kesamaan motif batik Madura dan Jogjakarta karena ada hubungan keluarga antara raja-raja Mataram dengan para pembesar kerajaan di Madura. Kerajaan Bangkalan pada zaman raja Cakraningrat I adalah bawaan Kesultanan Mataram yang dipimpin Sultan Agung.

Tradisi mengenai kain batik yang tertanam cukup kuat di kalangan masyarakat Madura telah membuat budaya membatik dan memakai kain batik terpelihara dengan baik di kalangan mereka. Bahkan ketika kain batik belum sepopuler seperti dewasa ini, masyarakat Madura tetap memproduksi dan mengenakan pakaian batik, karena batik merupakan bagian dari adat dan budaya mereka sehari-hari. Kini ketika kain batik sudah begitu populer dan memasyarakat, para perajin dan pengusaha batik di Pulau Madura semakin bergairah dalam memprodusi kain batik. Dan salah satunya kayanabatik yang merupakan salah satu produsen batik yang selalu menghadirkan motif-motif terbaru dan batik tulis madura yang mudah di jangkau.

Sebagai bentuk seni budaya, batik tulis Madura banyak diminati dan populer dengan konsumen baik lokal dan internasional. Motif batik tulis Madura memiliki keunikan sendiri untuk konsumen serta warna-warna yang terkesan berani. Gaya dan berbagai motif unik dan bebas. Batik Tulis Madura Memliki karakter yang kuat, yang dicirikan oleh warna bebas yang berani (merah, kuning, hijau muda). Tapi jarang tahu bahwa batik Madura mungkin telah lebih dari seribu motif dan paling terkemuka di pasar adalah batik tulis Madura.
Adapun sentra-sentra Batik Madura antara lain sentra batik tulis Tanjung Bumi di Bangkalan, sentra batik tulis Banyumas Klampar, Pamekasan dan sentra batik tulis Pekandangan Sumenep, sifat pribadi produksinya dilakukan di unit. Kebanyakan sentra batik madura merupakan usaha kecil menengah yang dikerjakan di rumah-rumah. Kegiatan membatik merupakan kegiatan mengisi waktu luang bagi ibu-ibu di sana. Pengusaha Batik Madura masih mempertahankan produksi tradisional, yang ditulis dan diolah dengan cara tradisional.

Motif Batik Madura

Batik Madura mempunyai ciri yang sangat khas tentang kehidupan dan lingkungansebagian besar mengambil motif binatang dan motiftanaman, seperti burungkupu-kupu dan bunga. Orangmengklasifikasikan batik Madura sebagai batik pesisir. Hasil batik madura terbaik terbuat dari sutera yang di batik dengan tangan, yang biasa di sebut batik tulis. Pengerjaan  batik madura tulis kadang-kadang membutuhkan waktu penyelesaian sampai beberapa minggu.Batik yang berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur, ini terkenal dengan keberaniannya dalam memadukan warna-warna cerah.  Hal tersebut membuat Batik Madura sebagai alternatif pilihan dari berbagai macam batik yang telah ada.

Bahan Mori Batik Madura

Mori adalah bahan baku untuk batik adalah katun. Kwalitet mori bermacam-macam, dan jenisnya sangat menentukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan. Karena kebutuhan Mori dari macam-macam kain tidak sama, keterangan dibawah ini barangkali bermanfaat juga.

1. UKURAN MORI
Mori yang dibutuhkan sesuai dengan panjang pendeknya kain yang dikehendaki. Udeng berukuran lebih atau kurang dari kebutuhan; oleh karena itu tidak dapat dipergunakan sesuai dengan pemakaian yang semestinya. Tetapi kain tidak pasti ukurannya. Maka yang disebut sekacu ialah ukuran perseginya mori, diambil dari ukuran lebar mori tersebut. dari suatu jenis mori akan berbeda dengan panjang sekacu dari mori jenis lainnya. Maka lebar mori sangat menentukan panjang masing-masing jenis mori, meskipun jumlah kacunya sama. Cara mengukurnya pun hanya dengan jalan memegang kedua sudut mori pada sebuah sisi lebar dan menempelkan salah satu sudut tadi pada sisi panjang berseberangan sepanjang lebar mori. Kalau akan mengambil beberapa kacu, maka berganti-ganti tangan kiri dan kanan memegang sudut mori itu, menempelkan pada sisi panjang yang sama dengan menekuk mori.

2. KEBUTUHAN AKAN MORI
Kain dodot membutuhkan mori 7 kacu. Tetapi karena kain dodot mahal harganya, maka fungsi kain dodot para penari diganti oleh kain biasa yang cukup panjang. Kain nyamping membutuhkan 2 atau 2,5 kacu, menurut kesenangan atau besar kecilnya si pemakai. Udeng membutuhkan mori sekacu. Udeng jadi ialah udeng yang sudah terbentuk, tinggal pakai. Udeng jadi ini sebenarnya hanya membutuhkan kain setengah kacu, dan memotongnya secara diagonal. Dalam dalam hal udeng yang memakai dua macam motif itu, si pemakai bebas memilih motif mana yang ditaruh diluar untuk diperlihatkan.Kain kemben membutuhkan 5 kacu, dan dapat kurang atau lebih sesuai dengan besar kecilnya si pemakai. Tetapi banyak orang perempuan memakai kutang dan kemben bersamaan dan bahkan masih memakai baju (kebaya). Kain sarung membutuhkan 2 kacu.

3. MENGOLAH MORI SEBELUM DIBATIK
Pengolahan mori sebagai berikut:Mori yang sudah dipotong diplipit. Benang pakan ialah benang yang melintang pada tenunan. Setelah diplipit kemudian di cuci dengan air tawar sampai bersih. Di daerah Yogyakarta dan Surakarta mori dijemur sampai kering setelah dicuci bersih mori terus direbus.Cara merebus mori di daerah Blora. Lebih dahulu orang membuat Wantu, yaitu air yang dipanaskan dalam suatu wadah sebelum sesuatu barang yang direbus di masukkan didalamnya. Wadah untuk membuat Wantu diberi dasar di dalamnya, supaya barang rebusan tidak hangus. Sebagai wadah dasar tadi digunakan daun bambu, daun pepaya atau merang (tangkai bulir padi). Bahan-bahan tadi lebih baik dari bahan lainnya untuk dasar merebus sesuatu, karena meskipun hangus tidak akan mengerut dan arangnya tidak mengotori mori.Setelah wantu panas, mori bersih dimasukkan di masukan di dalamnya. Mori kemudian diangkat dan dicuci untuk menghilangkan kotoran sewaktu direbus. Mori menjadi lemas ; kemudian dikanji. Bahan kanji ialah beras. Air rebusan beras diambil dan dinamakan tajin. Ada yang memakai cara seperti didaerah Blora, tetapi ada juga dengan cara beras dijadikan tepung halus. Air saringan seukuran tadi hanya untuk mori sekacu.Mori kering sehabis dikanji akan mengerut dan kaku. Mori dilipat memanjang menurut lebarnya. Jika ingin motif parang-paragan, atau motif-motif yang membutuhkan bidang-bidang tertentu, maka mori digaris terlebih dahulu. Biasanya kayu garisan berpenampang bujur sangkar.

Mori yang dibatik motif semen tidak perlu digaris, langsung dirangkap dengan pola pada muka mori sebaliknya. Pola ialah suatu motif batik dalam mori ukuran tertentu sebagai contoh motif batik yang akan dibuat .Lilin atau malam ialah bahan yang dipergunakan untuk membatik.

Makna Busana Tradisonal khas Madura

Busana Khas Madura
Walaupun Madura adalah sebuah pulau yang terpisah dari Pulau Jawa, kebudayaan Jawa dalam arti luas berpengaruh sangat besar dalam berbagai segi kehidupan masyarakat sukubangsa Madura. Oleh karena kebudayaan dan Busana Tradisonal Maduratermasuk dalam daerah kebudayaan Jawa.

Masyarakat umum mengenal Busana Tradisonal khas Madura, yaitu hitam serba longgar dengan kaos bergaris merah putih atau merah hitam, di dalamnya, lengkap dengan tutup kepala dan kain sarung. Sebenarnya, Busana Tradisonal yang terdiri dari baju pesa`an dan celana gomboran ini merupakan pakaian pria untuk rakyat kebanyakan, baik sebagai Busana Tradisonal sehari-hari maupun sebagai busana resmi. Adanya pengaruh cara berpakaian pelaut dari Eropa, terutama kaos bergaris yang digunakan.

Dalam pemakaiannya, baju pesa`an, celana gomboran dan kaos oblong ini memiliki perbedaan fungsi bila dilihat dari cara memakainya. Kalangan pedagang kecil, seringkali mempergunakan baju pesa`an dan kaos oblong warna putih, dipadu dengan sarung motif kotak-kotak biasa. Sebaliknya para nelayan, umumnya hanya menggunkan celana gomboran dengan kaos oblong.

Zaman dahulu, masyarakat menggunakan Busana Tradisonal pesa`an dalam dua warna, yaitu hitam dan putih. Baju pesa`an biasanya dipakai oleh guru agama atau molang. Pada masa sekarang, Busana Tradisonal pesa`an warna hitamlah yang menjadi ciri khas. Warna hitam ini melambangkan keberanian. Sikap gagah dan pantang mundur ini merupakan salah satu etos budaya yang dimiliki masyarakat Madura. Garis-garis tegas merah, putih atau hitam yang terdapat pada kaos yang digunakan pun memperhatikan sikap tegas serta semangat juang yang sangat kuat, dalam menghadapi segala hal.
Model Busana Tradisonal yang serba longgar dan pemakaiannya yang terbuka melambangkan sifat kebebasan dan keterbukaan orang Madura. Kesederhanaan bentuk baju ini pun menunjukkan kesederhanaan masyarakatnya, teguh dan keras. Sarung palekat kotak-kotak dengan warna menyolok dan sabuk katemang, ikat pinggang kulit lebar dengan kantong penghimpun uang di depannya adalah perlengkapan lainnya. Terompah atau tropa merupakan alas kaki yang umumnya dipakai.
Berbeda dengan rakyat kebanyakan, para bangsawan biasanya menggunakan Busana Tradisonal berupa rasughan totop (jas tutup) polos dengan samper kembeng (kain panjang) di bagian bawah, secara umum sebagaimana Busana Tradisonal Solo dan Yogya. Perbedaannya terletak pada odheng, tutup kepala yang dikenakan.

Pada saat menghadiri acara resmi, rasughan totop umumnya berwarna hitam digunakan lengkap dengan odheng tongkosan kota, bermotif modang, dulcendul, garik atau jingga. Odheng pada masyarakat Madura memiliki arti simbolis yang cukup kompleks, baik dari ukuran, motif maupun cara pemakaian.

Bentuk dan cara memakai odheng juga menunjukkan derajat kebangsawanan seseorang. Semakin tegak kelopak odheng tongkosan, semakin tinggi dewajat kebangsawananan. Semakin miring kelopaknya, maka derajat kebangsawanan semakin rendah. Untuk orang yang sudah sepuh (tua), sayap atau ujung kain dipilin dan tetap terbeber bila si pemakai masih relatif muda

Piagam Labang : Madura Menjadi Provinsi

Keinginan Madura memisahkan diri dari Provinsi Jawa Timur untuk menjadi Provinsi kembali menggelinding, Madura sendiri terletak di sebelah timur laut Wilayah Jatim. Pulau Madura besarnya kurang lebih 5.168 km2(lebih kecil daripada Provinsi Bali), dengan penduduk hampir 4 juta jiwa berkeinginan memiliki Pemprov tersendiri di Wilayah NKRI…

Sebenarnya Keinginan ini bukanlah hal baru, Pada 26 Agustus 2007 diselenggarakan Musyawarah Besar III Masyarakat Madura Se-Indonesia di Hotel J.W. Marriot, Surabaya, yang mengagendakan penguatan wacana pembentukan provinsi Madura yang terpisah dari Jawa Timur Kabupaten yang direncanakan akan menjadi bagian dari Provinsi Madura itu adalah seluruh kabupaten yang ada di Madura, yakni meliputi: Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep serta Kep. Kangean..

Keinginan Madura menjadi Provinsi kembali menyruak setelah pada 16/02/2014 bertempat di PonPes Al Bar, Desa Sukolilo Timur, Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan, para Tokoh Madura berkumpul  dalam acara panel diskusi dengan tema “ “Meneguhkan Kebangkitan Madura Raya” yang di adakan oleh LSM Basmala melahirkan Piagam Labang yang Inti isinya Madura harus jadi Provinsi…

Dalam acara Ketua LSM Basmala, Moh Ha'i menyampaikan, prasarat untuk terbentuknya Madura menjadi propinsi harus ada pemekaran wilayah, yang sudah siap di mekarkan kabupaten Bangkalan menjadi dua wilayah, Bangkalan Selatan (Bangsel).
“Yang sudah siap di mekarkan ada 6 kecamatan, Kecamatan Modung, Kwanyar, Labang, Trageh, Socah dan Kamal,” ungkapnya…
Sementara itu, Anggota DPR-RI asal Madura, Achsanul Qosasi juga angkat bicara, madura harus segera di bentuk (P4M) Panitia Persiapan Pembentukan Propinsi Madura.
“Mau tidak mau, siap tidak siap sudah waktunya Madura menjadi propinsi,” Tegas Pria Yang juga manajer Kub Sepak Bola Madura United kepada Sapekerap.blogspot.com, di sela-sela acara…
Sementara itu Anggota DPR-RI asal Madura lainnya dari Fraksi PDI-P Said Abdullah menilai Madura Belum siap menjadi Provinsi sendiri…
"Belum saatnya Madura menjadi sebuah Provinsi. Apalagi faktanya, Pulau Madura ini masih tergolong daerah tertinggal. Kalau dipaksakan dibentuk Provinsi Madura, maka akan menjadi Provinsi tertinggal. Itu tidak baik bagi pemerintahan, karena akan selalu bersandar pada Pemeritah Pusat," 
ujarnya…

"Kalau untuk SDA sih saya akui memang besar. Tapi itu bukan sebuah acuan untuk membentuk Provinsi sendiri. Persiapannya sangat besar, seperti SDM dan sarana lainnya," tandas Pria yang sempat mencalonkan diri dalam ajang Pilgub Jatim Kemarin…

Ketua Umum LSM Lempar, Drs, Fathur Rahman Said ketika ditemui Sapekerap.blogspot.com di Kediamannya “ Madura menjadi Provinsi Madura, Kenapa Tidak ???? “ tegas Pria yang juga menjabat Presiden K-Conk Mania yang akrab di sapa Jimhur Saros singkat…

(AL/ Sapekerap.blogspot.com)

Sejarah Berdirinya Kabupaten Bangkalan

Bangkalan berasal dari kata “bangkah” dan ”la’an” yang artinya “mati sudah”. Istilah ini diambil dari cerita legenda tewasnya pemberontak sakti Ki Lesap yang tewas di Madura Barat. Menurut beberapa sumber, disebutkan bahwa Raja Majapahit yaitu Brawijaya ke V telah masuk Islam (data kekunoan di Makam Putri Cempa di Trowulan, Mojokerto). Namun demikian siapa sebenarnya yang dianggap Brawijaya ke V.

Didalam buku Madura en Zijin Vorstenhuis dimuat antara lain Stamboon van het Geslacht Tjakradiningrat.

Dari Stamboon tersebut tercatat bahwa Prabu Brawijaya ke V memerintah tahun 1468–1478. Dengan demikian, maka yang disebut dengan gelar Brawijaya ke V (Madura en Zijin Vorstenhuis hal 79) adalah Bhre Krtabhumi dan mempunyai 2 (dua) orang anak dari dua istri selir. Dari yang bernama Endang Sasmito Wati melahirkan Ario Damar dan dari istri yang bernama Ratu Dworo Wati atau dikenal dengan sebutan Putri Cina melahirkan Lembu Peteng. Selanjutnya Ario Damar (Adipati Palembang) mempunyai anak bernama Menak Senojo.

Menak Senojo tiba di Proppo Pamekasan dengan menaiki bulus putih dari Palembang kemudian meneruskan perjalannya ke Barat (Bangkalan). Saat dalam perjalanan di taman mandi Sara Sido di Sampang pada tengah malam Menak Senojo mendapati banyak bidadari mandi di taman itu, oleh Menak Senojo pakaian salah satu bidadari itu diambil yang mana bidadari itu tidak bisa kembali ke kayangan dan akhirnya jadi istri Menak Senojo.

Bidadari tersebut bernama Nyai Peri Tunjung Biru Bulan atau disebut juga Putri Tunjung Biru Sari. Menak Senojo dan Nyai Peri Tunjung Biru Bulan mempunyai anak Ario Timbul. Ario Timbul mempunyai anak Ario Kudut. Ario Kudut mempunyai anak Ario Pojok. Sedangkan di pihak Lembu Peteng yang bermula tinggal di Madegan Sampang kemudian pindah ke Ampel (Surabaya) sampai meninggal dan dimakamkan di Ampel, Lembu Peteng mempunyai anak bernama Ario Manger yang menggantikan ayahnya di Madegan Sampang. Ario Manger mempunyai anak Ario Pratikel yang semasa hidupnya tinggal di Gili Mandangin (Pulau Kambing). Dan Ario Pratikel mempunyai anak Nyai Ageng Budo.

Nyai Ageng Budo inilah yang kemudian kawin dengan Ario Pojok. Dengan demikian keturunan Lembu Peteng menjadi satu dengan keturunan Ario Damar. Dari perkawinan tersebut lahirlah Kiai Demang yang selanjutnya merupakan cikal bakal Kota Baru dan kemudian disebut Plakaran. Jadi Kiai Demang bertahta di Plakaran Arosbaya dan ibukotanya Kota Baru (Kota Anyar) yang terletak disebelah Timurdaya Arosbaya. Dari perkawinannya dengan Nyai Sumekar mempunyai 5 (lima) orang anak yaitu :

Kiai Adipati Pramono di Madegan Sampang.
Kiai Pratolo disebut juga Pangeran Parambusan.
Kiai Pratali atau disebut juga Pangeran Pesapen .
Pangeran Paningkan disebut juga dengan nama Pangeran Suka Sudo .
Kiai Pragalbo yang kemudian dikenal dengan nama Pangeran Plakaran karena bertahta di Plakaran, setelah meninggal dikenal sebagai Pangeran Islam Onggu'.

Namun perkembangan Bangkalan bukan berasal dari legenda ini, melainkan diawali dari sejarah perkembangan Islam di daerah itu pada masa pemerintahan Panembahan Pratanu yang bergelar Lemah Dhuwur.

Beliau adalah anak Raja Pragalba, pendiri kerajaan kecil yang berpusat di Arosbaya, sekitar 20 km dari kota Bangkalan ke arah utara. Panembahan Pratanu diangkat sebagai raja pada 24 Oktober 1531 setelah ayahnya, Raja Pragalba wafat. Jauh sebelum pengangkatan itu, ketika Pratanu masih dipersiapkan sebagai pangeran, dia bermimpi didatangi orang yang menganjurkan dia memeluk agama Islam. Mimpi ini diceritakan kepada ayahnya yang kemudian memerintahkan patih Empu Bageno untuk mempelajari Islam di Kudus.

Perintah ini dilaksanakan sebaik-baiknya, bahkan Bageno bersedia masuk Islam sesuai saran Sunan Kudus sebelum menjadi santrinya selama beberapa waktu lamanya. Ia kembali ke Arosbaya dengan ilmu keislamannya dan memperkenalkannya kepada Pangeran Pratanu.

Pangeran ini sempat marah setelah tahu Bageno masuk Islam mendahuluinya. Tapi setelah dijelaskan bahwa Sunan Kudus mewajibkannya masuk Islam sebelum mempelajari agama itu, Pangeran Pratanu menjadi maklum.

Setelah ia sendiri masuk Islam dan mempelajari agama itu dari Empu Bageno, ia kemudian menyebarkan agama itu ke seluruh warga Arosbaya. Namun ayahnya, Raja Pragalba, belum tertarik untuk masuk Islam sampai ia wafat dan digantikan oleh Pangeran Pratanu. Perkembangan Islam itulah yang dianut oleh pimpinan di Kabupaten Bangkalan ketika akan menentukan hari jadi kota Bangkalan, bukan perkembangan kekuasan kerajaan di daerah itu.

Jauh sebelum Pangeran Pratanu dan Empu Bageno menyebarkan Islam, sejumlah kerajaan kecil di Bangkalan.

Diawali dari Kerajaan Plakaran yang didirikan oleh Kyai Demang dari Sampang. Yang diperkirakan merupakan bagian dari Kerajaan Majapahit yang sangat berpengaruh pada saat itu. Kyai Demang menikah dengan Nyi Sumekar, yang diantaranya melahirkan Raden Pragalba. Pragalba menikahi tiga wanita. Pratanu adalah anak Pragalba dari istri ketiga yang dipersiapkan sebagai putera mahkota dan kemudian dikenal sebagai raja Islam pertama di Madura. Pratanu menikah dengan putri dari Pajang yang memperoleh keturunan lima orang :

Pangeran Sidhing Gili yang memerintah di Sampang. Raden Koro yang bergelar Pangeran Tengah di Arosbaya, Raden Koro menggantikan ayahnya ketika Pratanu wafat. Pangeran Blega yang diberi kekuasaan di Blega. Ratu Mas di Pasuruan dan Ratu Ayu.

Kerajaan Arosbaya runtuh diserang oleh Mataram pada masa pemerintahan Pangeran Mas pada tahun 1624. Pada pertempuran ini Mataram kehilangan panglima perangnya, Tumenggung Demak, beberapa pejabat tinggi kerajaan dan sebanyak 6.000 prajurit gugur.

Korban yang besar ini terjadi pada pertempuran mendadak pada hari Minggu, 15 September 1624, yang merupakan perang besar. Laki-laki dan perempuan kemedan laga. Beberapa pejuang laki-laki sebenarnya masih bisa tertolong jiwanya. Namun ketika para wanita akan menolong mereka melihat luka laki-laki itu berada pada punggung, mereka justru malah membunuhnya.

Luka di punggung itu menandakan bahwa mereka melarikan diri, yang dianggap menyalahi jiwa ksatria. Saat keruntuhan kerajaan itu, Pangeran Mas melarikan diri ke Giri. Sedangkan Prasena (putera ketiga Pangeran Tengah) dibawa oleh Juru Kitting ke Mataram, yang kemudian diakui sebagai anak angkat oleh Sultan Agung dan dilantik menjadi penguasa seluruh Madura yang berkedudukan di Sampang dan bergelar Tjakraningrat I.

Keturunan Tjakraningrat inilah yang kemudian mengembangkan pemerintahan kerajaan baru di Madura, termasuk Bangkalan. Tjakraningrat I menikah dengan adik Sultan Agung. Selama pemerintahannya ia tidak banyak berada di Sampang, sebab ia diwajibkan melapor ke Mataram sekali setahun ditambah beberapa tugas lainnya. Sementara kekuasaan di Madura diserahkan kepada Sontomerto.

Dari perkawinannya dengan adik Sultan Agung, Tjakraningrat tidak mempunyai keturunan sampai istrinya wafat. Baru dari pernikahannya dengan Ratu Ibu ( Syarifah Ambani, keturunan Sunan Giri ), ia memperoleh tiga orang anak dan beberapa orang anak lainnya diperoleh dari selirnya (Tertera pada Silsilah yang ada di Asta Aer Mata Ibu.

Bangkalan berkembang mulai tahun 1891 sebagai pusat kerajaan dari seluruh kekuasaan di Madura, pada masa pemerintahan Pangeran Tjakraningrat II yang bergelar Sultan Bangkalan II. Raja ini banyak berjasa kepada Belanda dengan membantu mengembalikan kekuasaan Belanda di beberapa daerah di Nusantara bersama tentara Inggris.

Karena jasa-jasa Tjakraningrat II itu, Belanda memberikan izin kepadanya untuk mendirikan militer yang disebut ‘Corps Barisan’ dengan berbagai persenjataan resmi modern saat itu. Bisa dikatakan Bangkalan pada waktu itu merupakan gudang senjata, termasuk gudang bahan peledak.

Namun perkembangan kerajaan di Bangkalan justru mengkhawatirkan Belanda setelah kerajaan itu semakin kuat, meskipun kekuatan itu merupakan hasil pemberian Belanda atas jasa-jasa Tjakraningrat II membantu memadamkan pemberontakan di beberapa daerah. Belanda ingin menghapus kerajaan itu. Ketika Tjakraningrat II wafat, kemudian digantikan oleh Pangeran Adipati Setjoadiningrat IV yang bergelar Panembahan Tjokroningrat VIII, Belanda belum berhasil menghapus kerajaan itu. Baru setelah Panembahan Tjokroadiningrat wafat, sementara tidak ada putera mahkota yang menggantikannya, Belanda memiliki kesempatan menghapus kerajaan yang kekuasaannya meliputi wilayah Madura itu…


Profil
Nama Resmi                     : Kabupaten Bangkalan
Provinsi                           : Jawa Timur
Luas Wilayah                   : 1.001,44 Km2
Batas Wilayah                  : Utara: Laut Jawa
           Selatan: Selat Madura
           Barat: Kabupaten Sampang
           Timur: Selat Madura
Wilayah Administrasi      : Kecamatan: 18, Kelurahan : 8, Desa : 273



NAMA RAJA YANG MEMERINTAH DI KABUPATEN BANGKALAN
Tahun 1531 – 1592              :    Kiai Pratanu (Panembahan Lemah Duwur)
Tahun 1592 – 1621              :    Raden Koro (Pangeran Tengah)
Tahun 1621 – 1624              :    Pangeran Mas
Tahun 1624 – 1648              :    Raden Prasmo (Pangeran Cakraningrat I)
Tahun 1648 – 1707              :    Raden Undakan (Pangeran Cakraningrat II)
Tahun 1707 – 1718              :    R.T. Suroadiningrat (Pangeran Cakraningrat III)
Tahun 1718 – 1745              :    Pangeran Sidingkap (Pangeran Caraningrat IV)
Tahun 1745 – 1770              :    Pangeran Sidomukti (Pangeran Cakraningrat V)
Tahun 1770 – 1780              :    R.T. Mangkudiningrat  (Penembahan Adipati Cakraadiningrat VI)
Tahun 1780 – 1815              :    Sultan Abdu /  Sultan Bangkalan I (Penembahan Adipati Cakraadiningrat VII)      
Tahun 1815 – 1847              :    Sultan Abdul Kadirun (Sultan Bangkalan II)
Tahun 1847 – 1862              :    R. Yusuf (Panembahan Cakraadiningrat VII)
Tahun 1862 – 1882              :    R. Ismael (Panembahan Cakrasdiningrat VIII)

NAMA BUPATI YANG MEMERINTAH DI KABUPATEN BANGKALAN
Tahun 1882 – 1905              :    Pangeran Suryonegoro (Bupati I)
Tahun 1905 – 1918              :    R. AA Suryonegoro (Bupati II)     
Tahun 1918 – 1945              :    R. AA Suryowinoto / Wali Negara (Bupati III)
Tahun 1945 – 1956              :    Mr. R.A. Moh. Zis Cakraningrat (Bupati IV)
Tahun 1956 – 1957              :    R.A. Moh. Roeslan Wongsokusumo (Bupati V)
Tahun 1957 – 1959              :    R.A. Abd. Karim Brodjokusumo (Bupati VI)
Tahun 1957 – 1959              :    R.A. Abd. Karim Brodjokusumo (Bupati VI)      
Tahun 1959 – 1965              :    R.P. Moh. Noer (Bupati VII)
Tahun 1965 – 1969              :    Drs. Abd. Manan Priyonoto (Bupati VIII)
Tahun 1969 – 1971              :    R.P. Machmud Suroadiputro (Bupati IX)
Tahun 1971 – 1982              :    HJ. Sudjaki (Bupati X)     
Tahun 1982 – 1988              :    Drs. Sumarwoto (Bupati XI)
Tahun 1988 – 1991              :    Drs. Abdul Kadir (Bupati XII)
Tahun 1991 – 1993              :    Drs. Ernomo (PTHJ Bupati)
Tahun 1993 – 1998              :    M. Djakfar Syafei (Bupati XIII)     
Tahun 1998 – 2003              :    Dr. Ir. H. Mohammad Fatah, MM
Tahun 2003 – 2013              :    R.K.H. Fuad Amin, SPd
Tahun 2013 – 2018              :    R.K. Muh. Makmun Ibnu Fuad

Oto-Oto’ Sarana Mencari Saudara yang Membingungkan


pengaruh cara berpakaian pelaut dari Eropa
Maduracoorner.com.Bangkalan - Ada budaya lain yang pada awal berdirinya merupakan cara saudara-saudara Blater Madura untuk mengurangi pembunuhan tersebut, yakni Oto’-oto’. Oto’-oto’ adalah sejenis kumpul-kumpul atau perkumpulan dalam rangka mengumpulkan saudara satu kampung yang diisi dengan acara saling membantu satu dengan yang lain lewat sumbangan. Sumbangan yang berupa uang itu dikumpulkan dan menjadi modal usaha bagi penerimanya. Oto’-oto’ ini persis sama dengan arisan.


Pada awalnya budaya ini cukup topcer dan mampu meredam Carok. Karena apabila terjadi carok antara satu dengan yang lain, atau antara desa satu dengan yang lain, maka masing-masing tetuah blateran dari otok-otok tersebut akan berkumpul dan bermusyawarah untuk mencari penyelesaian soal carok tersebut. Dan terbukti banyak bermanfaat.
Sayangnya kegiatan ini kemudian bergeser dan bahkan terkadang muncul permasalahan baru. Yakni bagi mereka yang punya utang dari arisan tersebut, bisa timbul carok. Dan ini terjadi dibeberapa kasus. Bahkan tak jarang dari anggota tersebut kemudian kabur menjadi TKI. Celakanya lagi, sang tetuah yang mestinya sebagai penengah, ternyata ikut-ikutan memburu anggota yang mangkir tersebut. Inilah yang kemudian membingungkan. Karena yang berkembang kemudian, perkumpulan tersebut bukan sebuah ajang yang baik dan bisa jadi penengah, namun justru sebaliknya menambah permasalahan baru.
Kaum Blateran juga turut mewarnai politik kepemimpinan di tanah Madura. Hingga ada istilah yang jadi Klebun/Lurah itu harus dari kalangan Blater, kalau tidak maka akan banyak maling. Namun kenyataannya meski kalangan Blater yang menjadi lurah didesa tersebut, masih banyak yang terjadi maling-maling sapi di desa tersebut.
Banyak klebun Blater tersebut justru sibuk dengan remoh/oto’-oto’ dengan blater lainnya sehingga malas mengurus desanya. Bahkan yang paling parah justru terjadi sebagian lurah memelihara maling sapi untuk mencari keuntungannya sendiri.
Dewasa ini kaum blateran sudah mulai sedikit dan lurah dari kaum blateran sudah mulai terkikis. Hal tersebut terjadi oleh karena tingkat pendidikan mereka yang kini mulai memadai. Selain itu peraturan seorang lurah yang harus lulusan SLTA cukup mendongkrak kredibilitas lurah Madura.

Taman Paseban Mulai Terlihat Kumuh


KUMUH: Taman Paseban Bangkalan yang berada di Alun-Alun Bangkalan banyak sampah.
Taman Paseban Bangkalan yang berada di Alun-Alun Bangkalan banyak sampah.
BANGKALAN – Kebersihan di sekitar Taman Paseban Bangkalan yang berada di alun-alun kian kumuh. Pasalnya, sampah berserakan, sehingga kondisi tersebut dikeluhkan para pengunjung,  Jumat(2/5).
Syamsuri, 38, pengunjung taman mengaku, keberadaan sampah di taman tersebut terlihat kotor. Petugas kebersihan yang biasa bertugas secara rutin juga tidak ada. Petugas kebersihan hanya melakukan pembersihan satu minggu sekali.
”Kalau melihat sampah yang berserakan, Paseban ini seperti bukan taman. Padahal ini lokasinya berada di tengah-tengah kota, semua orang yang lewat di sini bisa mengetahuinya,  kondisi ini memalukan,” kata pria yang berprofesi menjadi sopir itu.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Bangkalan Ishak Sudibyo mengatakan, pihaknya sudah konsisten menjaga dan merawat Taman Paseban. Sudah ada petugaskhusus yang merawat taman di alun-alun tersebut.
”Kalau kebersihan, kami memang kesulitan menjaganya. Sebab, setelah dibersihkan, masyarakat tetap saja dengan kebiasaannya membuang sampah sembarangan. ”Kami berharap kepada masyarakatsaling menjaga dan memiliki taman ini,” harapnya. (c4/ril)

Kamis, 01 Mei 2014

Wabup: Kades Harus Berperan Aktif Tarik Pajak

BUP-WABUP BANGKALAN
Bangkalan, 30/4 (Media Madura) – Wakil Bupati Bangkalan, Madura, Mundir Rofii mengatakan, Kepala Desa selaku ujung tombak Pemerintah Kabupaten Bangkalan harus berperan aktif dalam penarikan pajak bumi dan bangunan i dilapangan adalah Kades dimasing-masing desa. Karena mereka mempunyai pengalaman dan sebagai operator penarikan pajak di masyarakat,” ujar Bupati Bangkalan, Makmun Ibnu Fuad dalam sambutannya yang dibacakan Wakil Bupati Bangkalan Ir, Mundir Rofi’I pada Launcing Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan tahun 2014 di halaman Dinas Pendapatan Bangkalan, Rabu, (30/4/2014).
Dijelaskan, dengan peralihan pajak bumi dan Bangunan ini, secara otomastis akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bangkalan. Sehingga kedepan  sumber PAD bangkalan bukan hanya dari sektor Restribusi dan perizinan, namun juga dari sektor Pajak PBB.
“Dengan peralihan PBB, Pemkab Bangkalan telah siap untuk merealisasikan, terutama dalam pencapaian target PBB,”tegasnya.
Dalam catatannya, Mundir memaparkan, pencapaian Taget PPB, juga perlu dukungan seluruh SKPD. Untuk menghimbau kepada staf dan anggotanya untuk peduli terhadap pentingnya membayar  pajak.
“Dan SKPD yang menjadi teladan, adalah Kecamatan Tanah Merah, yang mampu melunasi pajak sesuai target, sebelum akhir tahun,” ungkapnya.
Menurut Mundir, kedepan PAD Bangkalan juga akan mengalami peningkatan dari sektor Sumber Daya Alam (SDA) Migas yang saat dalam proses pengembangan.
“diharapkan dengan peningkalan PAD, ini bisa mensejahterakan masyarakat bangkalan,” harapnya.
Sementara itu diakhir acara, Wakil Bupati dan Sekretaris Daerah beserta Pimpinan SKPD, secara simbolik melakukan pembayaran PPB secara langsung ke Bank Jatim. Louncing PPB ini juga dihadiri seluruh Pimpinan SKPD, Camat, Petugas Pemungut, Lurah/Kades, Notaris, Perbankan, Pengembang. (Sin/Ist/MM)